LAPORAN PEMBUATAN BIOGAS
PRAKTIKUM PENANGANAN LIMBAH
PETERNAKAN
NAMA
|
:
RATNA LESTARI K. N
|
KELAS
|
:
PLP A
|
KELOMPOK
|
:
7A
|
ASISTEN
|
:
NUNING PURNAMI
|
|
|
S1-PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
PENDAHULUAN
|
Seiring
dengan perkembangan kehidupan diberbagai sektor baik sektor rumah tangga
maupun sektor industri dengan skala yang besar, kecil atau menengah
mengakibatkan kebutuhan akan energi sebagai penggerak berlangsungnya sektor
tersebut semakin tinggi. Meningkatnya kebutuhan energi tersebut berdampak
pada hargaa jual bahan bakar yang semakin tinggi pula. Sementara pada
faktanya, ketersediaan akan bahan bakar seperti minyak ataupun gas semakin
berkurang jumlahnya. Akibatnya keberlangsungan sektor tersebut dapat
terganggu, sehingga diperlukan suatu energi alternatif yang dapat diperbarui
dan ketersediaannya dapat menjamin keberlangsungan sektor industri maupun
rumah tangga.
Biogas
merupakan sumber energi alternatif yang keberadaannya dapat berdampak positif
dalam mencukupi kebutuhan bahan bakar dilingkungan masyarakat. Biogas
memiliki sumber bahan baku energi dari limbah kotoran ternak dimana
ketersediaan limbah tersebut tergantung pada ketersediaan rumput yang digunakan
sebagai pakan ternak. Sejauh ini sumber energi alternatif biogas merupakan
sumber energi yang paling unggul, , karena tidak menghasilkan asap sehingga
tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Biogas berasal dari proses
pencernaan aerobik dimana gas campuran metan (CH4), karbon
dioksida (CO), dan sejumlah nitrogen, amonia, sulfur dioksida, hidrogen
sulfida dan hidrogen.
Tujuan
dari pratikum dengan materi biogas adalah untuk mengetahui tahapan yang benar
alam pembuatan biogas, serta untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang
diberikan dalam proses pembuatan biogas terhadap produksi gas yang
dihasilkan. Manfaat yang dapat diperoleh adalah dapat mengetahui tahapan yang
benar dalam pembuatan biogas serta dapat melakukan evaluasi terhadap gas yang
dihasilkan oleh biogas.
|
||||||||||||||||||
MATERI DAN METODE
|
Praktikum
Penanganan Limbah Peternakan dengan materi pembuatan biogas dilaksanakan pada
tanggal 3 Oktober 2017 pukul 14.00 – 16.00 di Laboratorium Ternak Potong dan
Kerja, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
Materi yang digunakan dalam praktikum berupa alat dan bahan. Bahan yang
digunakan antara lain feses domba segar, starter, plastisin dan air. Alat
yang digunakan antara lain seperangkat alat digester yang berfungsi dalam
pembutan biogas, pH indikator untuk mengecek pH setelah bahan tercampur, termometer untuk
mengecek temperatur padaa water bath, gelas ukur untuk mengukur produksi
biogas, ember digunakan ketika pengambilan air dalam proses pembuatan biogas,
botol kaca sebagai wadah biogas, pengaduk untuk mengaduk bahan baku biogas
dan alat tulis untuk mecatat hasil praktikum.
Metode yang digunakan dalam
pembuatan biogas adalah feses domba segar diambil dari dalam kandang dan
kemudian dilakukan pengujian bahan kering secara duplo. Sampel feses kemudian
di oven. Sebelum dilakukan pengovenan dilakukan penimbangan berat loyang dan
berat loyang ditambah sampel. Setelah proses oven selesai, sampel diangkat
dan dilakukan penimbangan kembali. 6 botol kaca yang akan digunakan sebagai
wadah biogas dicuci dengan bersih kemudian dikeringkan. Setelah selesai
dilakukan perhitungan Bahan Organik (BO)/ Volatille Solid (VS) pada sampel
ekskreta tersebut. Hasil perhitungan tersebut digunakan sebagai berat sampel
eksreta yang akan digunakan sebagai bahan baku biogas. Pembuatan biogas ini
dilakukan dengan dua perlakuan. Pertama pembuatan biogas tanpa treatment
(kontrol) dilakukan dengan cara sampel ekrskreta yang telah ditimbang
tersebut langsung dimasukkan kedalam botol kaca ke-1, kemudian ditambah
dengan starter lalu ditutup dengan tutup karet dan dilapisi dengan plastisin.
Botol kaca ke-1 dihubungkan dengan botol kaca ke-2 yang berisi air penuh,
kemudian disumbat dengan karet dan dihubungkan pada botol kaca ke-3 yang
kosong. Pembuatan biogas selanjutnya yaitu dengan perlakuan (treatment) dilakukan
dengan cara sampel ekskreta yang telah ditimbang, kemudian dibungkus dengan
menggunakan aluminium foil dan direbus selama 30 menit. Setelah perebusan
selesai sampel eksreta dimasukkan pada botol kaca ke-4. Prosedur selanjutnya
sama dengan pembuatan biogas kontrol, hanya saja pada biogas treatment
menggunakan botol kaca 4, 5 dan 6. Produksi biogas kemudian diukur dengan
gelas ukur setiap minggu dari minggu pertama sampai dengan minggu keempat.
Hasil praktikum kemudian dicatat pada buku pratikum. Berikut cara perhitungan
terhadap kandungan Bahan Kerimg (BK) dan abu dari sampel dan starter :
BK Feses1.2 = x 100%
BK rata-rata =
Abu Feses1.2 = x 100%
Abu feses rata-rata =
Perhitugan perbandingan VS
-
Kandungan
VS Inokulum/Starter :
VS Inokulum dalam 200 g = % VS inokulum x 200 g
-
Feses
VS feses yang digunakan = % VS feses x jumlah feses yang
digunakan
|
||||||||||||||||||
HASIL DAN PEMBAHASAN
|
Berdasarkan hasil praktikum y ang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 1. Produksi Metan
Sumber
: Data Promer Praktikum Penanganan Limbah Peternakan, 2017.
Feses
yang digunakan dalam praktikum pembuatan biogas adalah feses domba. Limbah
peternakan seperti feses domba merupakan bahan dasar yang paling sering
digunakan dalam pembuatan pupuk seperti pupuk kandang serta dalam pembuatan
biogas. Kandungan nitogen dalam feses domba sangat berperan dalam pembuatan
biogas. Menurut pendapat Ade (2007) feses domba padat mengandung nitrogen
0,75%, fosfor 0,50%, kalium 0,45% dan air 60%, sedangkan feses cair pada
domba mengandung nitrogen 1,35%. Fosfor 0,05%, kalium 2,10% dan air 85%. Dari
kandungan tersebut dapat dikatakan bahwa feses domba berpeluang tinggi dalam
pembuatan biogas.
Suh
u lingkungan yang digunakan pada pembuatan biogas dengan perlakuan kontrol
adalah sebesar 30 – 40 ᵒC, sedangkan
pada biogas treatment adalah sebesar 60 – 70 ᵒC. Menurut pendapat Guyup
(2016) suhu yang baik dalam proses pembentukan biogas adalah berkisar antara
20 – 40 ᵒC dan suhu optimum berkisar antara 28 – 30 ᵒC. Bakteri dalam biogas
hanya dapat berkembang apabila suhu dalam biogas berada pada suhu kamar .
Suhu lingkungan sangat berpengaruh penting dalam proses pembuatan
biogas. Suhu dapat mempengaruhi
kemampuan hidup bakteri didalam biogas. Hal ini sesuai dengan pendapat Paimin
(2000) yang menyatakan bahwa temperatut ketika pembuatan biogas sangat
berpengaruh pada daya hidup bakteri didalamnya, apabila temperatur dingin
maka proses pembuatan biogas akan cenderung lama.
Hasil
tabel diatas dengan parameter nilai pH menunjukkan bahwa nilai pH yang
terbentuk dari biogas baik pada kontrol maupun treatment selama minggu
pertama sampai dengan minggu terakhir adalah sebesar 7. Nilai pH tersebut
sudah sesuai dengan literatur. Menurut pendapat Wahyuni (2013) nilai pH yang normal pada biogas adalah
berkisar antara 6 – 7. Ditambahkan oleh pendapat Deublein dan Steinhauser (2008)
yang menyatakan bahwa pH dengan nilai 7 merupakan pH yang sesuai dalam
pembentukan biogas baik dalam kontrol maupun perlakuan. Nilai pH sangat
berpengaruh pada kelangsungan hidup bakteri. Menurut pendapat Sitorus (2011)
kegagalan dalam proses pembautan biogas dapat disebabkan oleh tidak
seimbangnya jumlah populasi bakteri metan terhadap bakteri asam yang
menyebabkan lingkungan menjadi asam (pH kurang dari 7) yang selanjutnya akan
menghambat kelangsungan hidup bakteri metan.
Produksi
metan yang dihasilkan dalam pembuatan biogas memiliki nilai fluktuatif setiap
minggunya. Nilai terbesar terdapat pada minggu ke-4 yaitu sebesar 170 ml.
Nilai tersebut dihasilkan oleh pembuatan biogas tanpa perlakuan atau kontrol,
sedangkan pada pembuatan biogas treatment tidak menghasilkan produksi metan
selama pengamatan berlangsung. Nilai produksi metan yang fluktuatif ini
disebabkan karena proses pembuangan produksi metan setiap minggunya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sitorus (2011) volume produksi metan yang fluktuatif disebabkan
karena pada saat produksi metan mencapai ketinggian maksimum, produksi
tersebut harus dibuang dan kemudian menampung kembali metan yang akan
terbentuk. Produksi metan yang dihasilkan pada pembuatan biogas dengan
perlakuan kontrol menunjukkan bahwa didalam biogas kontrol memiliki kandungan
metana yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan treatment. Menurut pendapat
Semin, dkk. (2014) semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar pula
produksi metan dan energi (nilai kalor) yang dihasilkan oleh biogas, begitu
juga sebaliknya. Produksi metan yang terbentuk pada biogas kontrol disebabkan
oleh faktor suhu pada biogas kontrol yaitu sebesar 30 – 40 ᵒC sesuai dengan kelangsungan hidup bakteri
dibandingkan dengan suhu pada biogas treatment. Hal ini sesuai dengan
pendapat Guyup (2016) yang menyatakan bahwa suhu yang baik dalam proses
pembentukan biogas adalah berkisar antara 20 – 40 ᵒC dan suhu optimum
berkisar antara 28 – 30 ᵒC.
|
||||||||||||||||||
KESIMPULAN
|
Berdasarkan hasil praktikum yang
telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa pembuatan biogas yang paling efektif
adalah pada pembuatan biogas tanpa perlakuan (kontrol). Hal ini disebabkan
karena pada pembuatan biogas kontrol memiliki suhu yang optimum yang dapat
menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup bakteri didalamnya.
|
||||||||||||||||||
DAFTAR PUSTAKA
|
Ade, I. S. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Deublein, D. and Steinhauser, A, 2008. Biogas
from Waste and Renewable Resource, Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA
,Weinheim.
Guyup, M. D. P, dkk. 2016. Rancang bangun reaktor biogas
tipe portable dari limbah kotoran ternak sapi. J. Ilmiah Rekayasa Pertanian
dan Biosistem. 5 (1) : 369 -375.
Paimin. 2000. Alat Pembuat Biogas dari
Batubata. Penebar Swadaya, Jakarta.Cetakan ke-3.
Semin, dkk. 2014. Kajian pemanfaatan kotoran
sapi sebagai bahan bakar biogas murah dan terbarukan untuk rumah tangga di
Boyolali. J. Sains, Teknologi dan Industri. 11 (2) : 212 – 220.
Sitorus. 2011. Pemanfaatan Lumpur Selokan
sebagai Bahan Baku Biogas dengan
Metode Batch Feeding. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Wahyuni, S. 2013. Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya,
Jakarta.
|